Malang - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoalfa mengatakan bahwa generasi muda harus mampu menguasai setidaknya empat bahasa untuk menyongsong Indonesia Emas 2045. "Saat ini, setidaknya anak muda harus mampu menguasai empat bahasa, yaitu bahasa lokal, nasional, internasional, dan bahasa sandi," ujarnya pada acara Dies Natalis ke-61 Universitas Brawijaya (UB) yang diselenggarakan pada hari Jumat di kampus setempat. Hal ini disampaikannya dalam pidato akademiknya pada pertemuan tersebut. Dalam pidatonya yang berjudul Peran Perguruan Tinggi untuk Indonesia Emas, Suharso mengatakan bahwa memahami bahasa coding dapat membantu generasi muda untuk fasih dalam bidang teknologi informasi (TI) dan memiliki kemampuan bahasa yang kreatif dan baik. Dalam melakukan hal tersebut, ia mengaku telah bekerja sama dengan sejumlah universitas. "Untuk rumah sakit pendidikan, UB pernah mengajukan, namun dibatalkan," katanya. Oleh karena itu, lanjutnya, pihaknya mendorong penelitian yang intensif. Saya dulu di Unea dan saya tahu apa penyakitnya. Karena sudah ada yang meneliti DB, kanker (Unpad) dan Teknologi i-Medicine (ITB).

Ia berharap penelitian terapan berbasis sumber daya alam Indonesia, termasuk terutama masalah impor daging sapi, dapat direalisasikan di UB.



Beliau pernah berkunjung ke negara yang diklaim sebagai ibukota daging dunia. Hal ini ternyata berkaitan dengan sebuah universitas di negara tersebut.

"Misalnya, UB memiliki fakultas pertanian yang kuat, yang bisa berguna di bidang itu. Selain Menteri PPN/Kepala Bappenas, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) I Gusti Ayu Bintang Darmawati juga memberikan video pidato, dan dosen Fikes UB Dr Ns Lilik Supriati, SKep, MKep, memberikan ceramah ilmiah dengan tema Higher Education memberikan ceramah ilmiah tentang Memperkuat kesadaran kesehatan mental sebagai perspektif pendekatan burnoutdi lingkungan pendidikan tinggi.
Lyric menyatakan bahwa
burnout
di lingkungan pendidikan tinggi dapat menyebabkan kinerja yang buruk dan berdampak pada stres yang serius.
Kelelahanadalah keadaan sangat lelah sehingga tidak dapat bekerja dengan cepat.

Lyric menjelaskan bahwaburnoutdimulai dengan kelelahan fisik, terus-menerus merasa kekurangan energi, kelelahan secara emosional, dan merasa terjebak di tempat kerja. "Akhirnya, muncul sikap sinis terhadap orang lain dan pekerjaan. Hal ini berdampak negatif pada diri sendiri, pada organisasi dan pada penurunan kualitas kerja," ujarnya.